Minggu, 08 Maret 2015

Hammersonic 2015: MAYBE I'M NOT A TRULY METALHEAD

Halo.
Senin pagi sudah stand by di kantor dengan badan remuk akibat headbang semalaman.
 
Setelah satu tahun metalheads vakum naik haji, akhirnya Hammersonic - Jakarta Int'l Metal Festival 2015 telah resmi dilaksanakan pada Minggu, 8 Maret 2015 di Lapangan D Senayan. Berbekal "iseng-iseng dateng, sudah lama hidup terasa bapuk karena tidak pernah nonton konser besar, apalagi festival musik", saya dengan beberapa teman yang menggemari musik metal antusias menghadiri Hammersonic tersebut. Acara dimulai pada siang hari saat hujan sudah kunjung reda, namun kami baru tiba di TKP sekitar jam 3 sore. Venue masih terlihat ramai-ramai lengang dengan tembang jenaka milik Mesin Tempur mulai meraung di telinga. "Waduh besok pasti budeg nih", pikir saya.
 

Sebelum maghrib berkumandang, panggung yang terdiri dari 2 stage; hammer dan sonic ini masih dibanjiri oleh band metal lokal dari berbagai kota. Sedangkan di malam hari band-band internasional sudah mulai ramai mengisi acara. Venue pun terasa padat dan lama-lama rusuh, seperti konser band jungjungjet pada umumnya.
 
 
 
 

Penonton Hammersonic juga variatif;dari segala penjuru kota, usia, dan kalangan. Arena hammersonic terasa seperti bhineka tunggal ika versi cadas; dari mas-mas jamet (jawa metal), balita yang suka nangis, sampai mbak-mbak berhijab liberty spike (It was truly exist!) terlihat mondar mandir memenuhi lokasi penghitaman Jakarta di hari itu. Cadas abis lah pokoknya. Notok jedhog.
 
 
 
Sesuai prediksi, Hammersonic semakin larut semakin rusuh, terutama setelah Vader mulai masuk ke panggung. Bagaikan grafik fungsi kuadrat, band-band yang tampil dari berbagai macam negara membuat penonton makin on fire hingga pada klimaksnya, yaitu Lamb of God, suasana damai konser metal sudah hilang dimakan semangat penonton.
 
 

Tentu saja, saya yang berperawakan mini dan loyo, tergusur dari sisi tengah dan perlahan mulai mundur. Sempat terpikir "ah gue mundur aja paling belakang banget", namun setelah menengok kebelakang, whoaaaaaa....tidak ada celah sedikitpun untuk bisa mundur sampai belakang. Venue benar-benar dibanjiri oleh manusia, dan saya sudah tidak punya tenaga sebanyak itu untuk melewatinya!

Beberapa penonton ada yang hangover sampe sempoyongan, ada yang sibuk windmill, headbang, ngegrowl, dorong kiri, dorong kanan, membentui lingkaran dengan asap rokok dan bau alkohol dimana-mana. Waduh. Duh. Duh. Duh. Saya suka musik metal, tapi kalau suasananya begini saya tidak menikmatinya sama sekali. Memang seharusnya dari awal saya ada di barisan paling belakang.
 
Akhirnya saya terdorong hingga ke pagar stage crew sisi tengah kanan dan berdiam diri, memeluk tas saya, melihat punggung-punggung orang, terdesak kiri kanan, mencoba bertahan agar tidak tumbang seperti ikan bandeng pepes presto, dan...berdzikir.
 

Saya sudah benar-benar kehabisan tenaga. Jika saya datang tengah malam mungikin saya masih bisa on fire.
 
Hammersonic merupakan festival metal terbesar se-Asia Tenggara. Dari segi cadasnya, menurut saya sudah juara. Namun ada beberapa hal yang menurut saya masih mengecewakan:
 
1. Penempatan stage; hammer dan sonic. Mengapa bersebelahan? Akan lebih baik jika dibuat berjauhan supaya acara bisa diparalel. Dan mengapa tidak dibuat 1 stage saja? Karena sama saja bohong, bersebelahan dan bergantian. Apakah hanya ingin mengirit waktu soundchecknya? Entahlah.
 
2. Hammersonic seharusnya tidak dilaksanakan di saat musim hujan, atau di venue yang masih dilapisi tanah. Venue jadi becek, kotor, dan macet karena penonton berhati-hati menelusuri jalan yang becek.
 
3. Tidak adakah tempat sampah? Semua orang buang sampah sembarangan, karena tidak ada sampah. Becek, kotor, dan sampah berserakan dimana-mana. Banyak penonton dari negara lain yang datang dan pasti berpikiran "gini nih, Indonesia?" Malu lho.
 
4. ATM trucks tidak berfungsi lama dan tidak ada merch booth yang menyediakan layanan gesek.
 
5. Venue terlalu kecil atau penonton yang terlalu banyak? Tidak adakah sistem sold out? Sampai tidak bisa bernafas karena volume manusia sudah berlebihan.
 
6. Tim medis dimana ya? Saya berdiri didepan stage crew untuk waktu yang lama, tidak satupun saya lihat tim medis. Yang ada tim security yang mendorong-dorong pagar agar tidak runtuh.
 
7. Hari sabtu aja lain kali acaranya, kecuali Hammersonic menjamin tidak ngaret. Atau pembagian porsi waktu tampil bisa lebih dipersingkat Saat Mayhem tampil, banyak penonton yang berteriak agar cepat selesai karena masih ada Lamb of God dan sudah lewat tengah malam; tidak sesuai jadwal. Kasian lho Mayhem, masa band legendaris internasional diperlakukan seperti itu? Penonton tersebut mungkin ingin keluar dari venue dan pulang, tapi bagaimana bisa? Lautan manusia menghadang, semua terjebak.
 
8. Saat acara selesai, keluar dari venue saja ngantri panjang. Apakah tidak bisa dibuat banyak pintu? Mengapa pintu masuk dan keluar sama? Pagar pembatas juga tidak dibuka. Ada juga kerusuhan di akhir acara yaitu penonton yang tidak sabaran mendorong-dorong pagarnya supaya runtuh. Gila kan? Konser metal int'l, sponsornya gede, masa masih aja kaya gini.
 
 
 
Saya pernah beberapa kali menyaksikan festival musik. Hammersonic dapat dikatakan tidak memuaskan, kecuali lineupnya. Memang, acaranya cadas...para metalheads mabrur hajinya. Tapi segala poin yang saya sebutkan diatas membuat saya tidak menikmati musiknya sama sekali. Entahlah. Mungkin setelah selama ini mendengarkan musik metal, mungkin saya hanya sekedar menikmati. Tidak seperti metalheads yang mereview bahwa hammersonic ini adalah festival ter-keren, ter-wah, ter-guewajibdatenglagi di hidup mereka. Mungkin saya akan lebih menikmati performance gitaris yang bermain gitar sampai mangap-mangap daripada mendengarkan metalhead ngegrowl seharian tapi saya tidak tahu mereka ngomong apa karena semua kedengarannya sama-sama kaya bebek di sembelih.
 
Entahlah. Mungkin saya bukan the truly metalhead.
 
Entah selanjutnya seperti apa, apakah saya akan datang lagi ke Hammersonic di tahun depan?
Lihat saja nanti.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Author

Foto saya
Just a small fish swims in an endless ocean.

Archives