Senin, 02 Maret 2015

Top 10 Fave 2014 Movies

Rasanya belum puas membuat tulisan 10 film 2014 terfavorit versi saya. Tulisan ini murni pendapat dan selera yang saya nikmati dari kacamata saya sendiri.
Karena saya tipe orang dengan short term memory (dan setelah menonton Still Alice saya jadi agak parno), terus terang langkah pertama dalam menulis list ini adalah melihat daftar film yang terbit di 2014 dan memilih 10 dari film-film tersebut yang menjadi favorit saya. So,here it goes:
 
(Pardon me for not typing the movies' crew list or short information. You can google it.)
 
 
10. The Purge (Anarchy)
 
 
The Purge (Anarchy) merupakan film yang membuat saya "Thank God, gue nggak nonton film pertamanya dulu". Saya masih ingat respon pertama saya menonton film ini: "Seram". Saya suka film yang "seram",dalam artian bukannya seram hantu-hantuan atau bunuh-bunuhan, melainkan after-effect nya yang terus-terusan membuat saya merinding karena jika benar-benar terjadi di kehidupan nyata, saya akan menjadi satu dari segilintir orang yang parnonya lebay banget. The Purge (Anarchy) bercerita tentang pembantaian tahunan di Amerika yang merupakan program permerintah dalam menurunkan angka populasi penduduk namun dilabeli dengan makna "penyucian diri"/"purging". Setiap tahunnya di hari itu, setiap orang diperbolehkan untuk membunuh manusia dalam rangka purging tersebut. Yang menjadi highlight di pikiran saya adalah orang kaya tentu saja lebih mudah melakukan purging; membeli senjata fantastis beserta manusia yang dapat dilampiaskan di hari purge itu. Seram sekali ya.
Tidak ada akting atau scene yang membekasi di hati saya. Cukup dengan jalan ceritanya saya sudah merinding.
Menurut saya The Purge (Anarchy) bukan film thriller terbaik, dengan scene thriller yang terkadang masih norak menurut saya. Yah, sutradara hollywood yang brilian seharusnya sudah bisa mendahuluinya.
 
Best part: Waktu alarm purge nya bunyi dan jalanan kosong. Masih ada aja gitu 2 makhluk innocent berkeliaran dijalan dan bingung mau sembunyi dimana?! hahaha.
 
9. The Interview
 
 
The Interview memang bukan film komedi terbaik di 2014. Pertama kali memilih film komedi apa yang akan saya masukkan disini, rasanya tidak pantas jika "22 Jump Street", "Horrible Bosses 2", "Neighbors", atau "Sex Tape" mendahului The Interview (OKE. SAYA MEMANG PENGGEMAR FILM ECE-ECE). Sangat tidak afdol juga. Mungkin karena terlalu banyak film komedi yang saya tonton, yang saya suka, meskipun masuk worst movie ever sekalipun (seperti A Million Way to Die in The West) yang membuat saya bingung memilih yang mana yang paling worth it? Ternyata The Interview adalah pengecualian. Terlepas dari sarkasme dan lelucon yang sebenarnya "jahat banget kalo masih ketawa liat itu", The Interview pantas masuk sejarah perfilman komedi sarkastik. Seth Rogen + James Franco? Ditambah Kim Jong Un? Terlalu konyol dan absurd yang bukannya membuat saya tertawa terpingkal-pingkal tapi cuma bisa geleng-geleng kepala melihat jokes mereka yang terlalu sarkastik.
Somehow, orang-orang seperti itu adalah orang yang brilian.
Coba mereka tinggal di Indonesia, nggak kebayang bahan mereka bisa aja Farhat Abbas atau pemain sinetron ganteng2 serigala.
 
Best Part: Waktu Kim Jong Un dan James Franco nyanyi Fireworks doooong.
 
8. Lucy
 
 
Kalau saya adalah pria, maka aktris hollywood yang paling membuat saya turn on adalah Scalett Johansson (Scarjo). Mau digonta-ganti gaya rambutnya, warna kulitnya, bentuk badannya, Scarjo tetaplah Scarjo. Saya berharap suatu hari Scarjo bermain dengan peran yang fisik dan kepribadiannya sangat jelek yang bikin orang ilfil, apakah Scarjo akan tetap membuat para pria turn on?
Bayangkan, The Black Widow, Under The Skin, Her, Don Jon, He's just not that into you...mana pernah dia nggak seksi? :(
Lucy juga termasuk salah satunya. Seorang wanita innocent yang terkena sejenis virus dan merubahnya menjadi wanita dengan kekuatan super. Film berjalan terlalu cepat menurut saya, secepat otak Scarjo dalam film ini. Tidak perlu waktu yang lama untuk membuat film terlihat brilian; singkat, padat, jelas, lheb...
Sayang sekali saya menonton Transcendence terlebih dahulu sebelum Lucy; ide artificial intelligence yang too good to be true. Tapi tetap, Lucy menjadi favorit saya; film bertema berat yang dibuat ringan dan cepat..melahap penontonnya. Mungkin jika saya belum menonton Transcendence, saya akan misuh-misuh kaget seperti kebanyakan orang yang nonton Lucy.
 
Best Part: Waktu Lucy dikurung dan diseret sama makhluk yang ada di perutnya. Sampai ke atap, dan terus berteriak.
 
7. Sin City: A Dame to Kill For
 
 
Mau berapa kali pun Frank Miller membuat sequel Sin City, saya akan tetap melabelinya dengan Film Termacho Didunia.
Monokrom, many point of views, dengan masing-masing cerita yang thrilling, percakapan tidak banyak, musik romantis tapi tetap membunuh, dan highlight "you can run but you can't hide"...what can be more macho?
Bahkan Joseph Gordon Levitt yang (no offense) culun, bisa terlihat macho disini hanya dengan bermain kartu. Dan tentunya banyak hal macho lainnya; Eva Green yang mematikan, Micky Rourke si pecinta wanita, dan Jessica Alba sang pioneer pembalasan dendam yang menarik perhatian saya di film ini.
Saya menikmati setiap scenenya yang panjang, lambat, maju-mundur...walaupun menurut saya agak sadis. Yah judulnya aja Sin City, dosa apapapun tidak terlarang di kota ini.
 
Best Part: Waktu polisi dibantai oleh cewek-cewek sadis itu.
 
6. The Grand Budapest Hotel
 
 
Di era vsco cam ini, nama Wes Anderson sudah tidak asing lagi di telinga kita. Para kawula muda sedikit yang memperhatikan bahwa dari dulu tone setiap scene yang dihasilkan Wes Anderson di film-filmnya memang sudah ala vsco. Anehnya mereka baru sadar tone yang hipster itu ada di film The Grand Budapest Hotel dan Moonrise Kingdom. Saya yakin, menciptakan tone seperti itu tidaklah mudah. Memanjakan mata penontonnya dengan memberikan warna yang instagramable di setiap scenenya.
Saya menonton The Grand Budapest Hotel beberapa minggu setelah film ini dirilis. Di bela-belain download berapa giga pun untuk menonton warna-warna yang membuat para pria mengakui bahwa pink, ungu, plum, dan magenta itu memang ada bedanya. Ternyata memang worth it. Dari segi cerita pun saya kali ini puas sekali setelah sudah lama puas dengan kehipsteran The Royal Tenenbaums. Dari semua segi...perfect. Budapest terlihat sangat classy dengan aura filmnya seperti lukisan realisme namun sama sekali tidak membosankan untuk ditonton anak gaul ask.fm sekalipun. Ada beberapa komedi yang disisipkan, pesan moral film juga tetap tersampaikan.
The Grand Budapest Hotel membuat saya ingin jalan-jalan ke masa lalu...dan membuktikan bahwa sejarah yang telah dilalui tidak semonokrom itu.
 
Best Part: Dari kalimat-kalimat saya diatas sudah dapat disimpulkan sendiri.
 
5. PK
 
 
Jangan underestimate film India. Setidaknya Indonesia belum tentu dapat menelurkan film yang contentnya seperti PK ini. Indonesia pernah diguncangkan oleh film karya Hanung Bramantyo di tahun 2011 dengan judul Tanda Tanya yang memuat isu tentang persatuan kepercayaan yang beragam. Banyak omongan sana sini, malah sampai dikecam FPI karena...yah seperti biasa...Indonesia belum siap untuk menjadi negara yang multikultural.
Tidak jauh dari Tanda Tanya, PK yang merupakan film satirical sci-fi comedy ini juga memuat isu tentang kepercayaan yang harusnya menjadi hak setiap manusia. Kepercayaan tidak boleh dipaksa, dan kita seharusnya tidak memaksa orang untuk mempercayai apa yang kita percaya. Seperti Life of Pi (2012), PK sukses memberikan pencerahan kepada setiap kepercayaan. Namun PK mengemasnya dengan ringan, lucu, dan dapat tetap dapat diterjemahkan oleh semua kalangan. Untuk memahami makna film PK, kita harus benar-benar open minded. Jika tidak, maka kita sama saja dengan orang-orang Indonesia yang garis keras tersebut; ini hanyalah film yang melecehkan agama dan menggoyahkan iman. Hahaha, dangkal sekali.
Setelah menonton PK saya mengakui bahwa Anushka Sharma merupakan wanita tercantik di India, tanpa harus keindia-indiaan. Amir Khan merupakan aktor berbakat dan Rajkumar Hirani banyak memberikan quote yang inspiratif.
 
Best Part: Waktu PK datang ke ritual rutin Tapasvi dan membawa teman-temannya dari berbagai agama. (Ini benar-benar Bhineka Tunggal Ika)
 
4. The Double
 
 
Mia Wasikowska memang pantas memainkan peran yang membuat kita kebingungan. Dan ternyata Jesse Eisenberg tidak se-cute itu. Richard Ayoade membuat keduanya menjadi perpaduan yang surealis, dreamy, dan misterius. Pada suatu hari, Simon James (Jesse Eisenberg) yang tidak disukai banyak orang di dunianya mendapati seseorang yang sangat mirip dengan dirinya bernama James Simon (Jesse Eisenberg juga lah) namun dengan kepribadian dan nasib yang berbeda. Nah loh, udah surealis kan. Jesse Eisenberg sangat lihai memainkan dua karakter yang berbeda, tanpa membuat kita kebingungan yang mana Simon James yang mana James Simon. Hannah (Mia Wasikowska) hadir diantara keduanya, mewarnai hidup Simon yang suram, yang ternyata akhirnya menjadi lebih suram karena kehadiran James diantara mereka berdua. Saya suka sekali melihat Simon tersiksa, dan disisi lain menikmati James yang menertawainya dengan sangat puas dan dengan gaya berbicara yang sangat cepat (He's really good at it!). Ditambah latar yang tidak pernah melibatkan matahari pagi, backsound lagu tradisional jepang-korea yang membuat saya tertawa karena lagu-lagu tersebut seperti lagu warkop DKI; ternyata The Double memang perpaduan antara psychological thriller dan black comedy. Nah loh. Film tersurealis 2014 ini menurut saya worth it, jika anda berjiwa ke surealis2an.
 
Best Part: Sewaktu Simon berkencan dengan Hannah di restauran lalu digantikan oleh James. Serius itu gue ngakak parah banget. Ini film thriller apa komedi sih?
 
3. Whiplash
 
 
J.K. Simmons dan soundmixing; tanpa kedua elemen tersebut mungkin Whiplash akan menjadi film yang bagusnya standar, seperti film nominasi oscar lainnya. Bagus, tapi standar; tidak spesial dan ngena di hati. Melihat bagaimana J.K. Simmons sebagai seorang guru musik 'mengajarkan' muridnya membuat saya merinding. Selain itu juga mengingatkan saya kepada masa-masa sekolah/kuliah, bagaimana seorang murid yang grogi bertemu dengan guru tergalak sedunia. Perasaan itu pernah ada, dan menjadi nightmare disetiap kehidupan seorang pelajar. Whiplash menceritakan tentang seorang drummer yang berjuang menjadi drummer terhebat, seperti yang pernah kita alami; berjuang untuk meraih apa yang diinginkan. "Experience is the best teacher" memiliki makna yang sama dengan "Teacher is the best experience" di film ini. Miles Teller sangat berbakat dalam memainkan perannya, yang sampai membuat saya miris-miris meringis melihatnya bermain drum sampai mempertaruhkan nyawanya. Sedangkan J.K. Simmons sangat menggebrak hati saya, yang baru kali ini saya melihatnya memainkan peran se-momok itu. Bravo. Dan, soundmixingnya...elegan. Mengingatkan saya kepada musisi yang memiliki kualitas dan selera yang tinggi dalam bermusik. Disisi lain, mengingatkan saya kepada backsound2 tom and jerry. Film ini berkualitas, mendidik, dan sangat recommended dalam memanjakan mata, telinga, serta memacu emosi anda.
 
Best Part: "You Think I'm Fucking Stupid?!" quote di akhir film yang merupakan klimaks di dalam film ini, lalu ditutup oleh performance band orchestra.

2. Gone Girl
 
 
Sebagai fincherian, sedahsyat apapun film yang ditonton, film David Fincher tetap di hati. Berawal dari membaca buku Gone Girl karya Gillian Flynn yang tidak lama kemudian filmnya beredar di dunia pertorrentz-an, menurut saya Gone Girl merupakan  film yang sempurna, sangat memuaskan, dan menyayat hati.
Tidak selamanya cinta itu indah. Pernikahan tidak menjamin anda mencapai kebahagiaan. Itulah yang dialami Nick Dunne (Ben Affleck) dan Amy Eliott-Dunne (Rosamund Pike), pasangan yang telah menikah selama 5 tahun dan memiliki berbagai macam gejolak dalam berumah tangga. Tepat di ulang tahun pernikahan mereka yang ke lima, sang istri, Amy, menghilang tanpa jejak secara tiba-tiba. Segala macam bukti yang ditelusuri ternyata menggiring sang suami, Nick, kedalam tuduhan sebagai tersangka. Kemana Amy? Apakah Amy dibunuh? Ataukah hanya diculik? Kenapa Nick menjadi tersangka? Apakah Nick benar-benar tersangkanya?
Banyak sekali pertanyaan yang akan muncul, jika anda menonton film ini. Namun jawaban dari kepenasaranan kita tidak sepeting proses terjadinya cerita rumah tangga Amy dan Nick. Tidak selamanya cinta merah karena gairah, namun bisa menjadi merah karena amarah. Menonton Gone Girl dapat membuat pasangan yang menginginkan pernikahan dini jadi berpikir dua kali; apakah pasangan saya merupakan orang yang tepat?
Hih, merinding ya.
Sangat disayangkan, banyak penikmat film thriller yang berkomentar bahwa Gone Girl sampah, karena dari sisi thriller kurang bikin thrilled...ada beberapa yang cacat dan missed. Namun menurut saya, terlepas dari bunuh-bunuhan dan penyiksaan diri sendiri (gila yah...) benang merah dari Gone Girl adalah hidup Nick dan Amy yang terlalu dramatis, yang menggiring mereka ke fase "Love drives us crazy".
Selama membaca bukunya, saya sangat menantikan film ini diwujudkan nyata oleh Fincher. Dan hasilnya: PERFEK! 3 jam menonton, saya tidak pernah berkedip atau menguap sekalipun...bulu kuduk merinding disetiap pergantian point of view. Dengan tone yang sangat dark dan sound karya Trent Reznor yang mendayu-dayu, kelabu,  meninabobokkan, dan membawamu kepada realita dari semua mimpi burukmu.
Fincher never failed.
 
P*S: this is my fave movie. Jangan merusak  sensenya dari bikin/ngepost meme Amy "I'm a nightmare dresses in a daydream"! No. Not taylor swift's, please!

Best Part: "Adegan"nya Amy dengan Desi. Semua ide Amy dalam bermain (SAKIT BANGET LO AMY). Disini saya jatuh cinta kepada setiap gerakan dan kata-kata Rosamund Pike.
 
 
1. Birdman (or The Unexpected Virtue of Ignorance)
 
 
 
Terlepas dari ke oscar-oscaran (yang memang ternyata menang Best Picture versi oscar), Birdman secara general memang susah dinikmati semua kalangan. Memang begitulah, terkadang menguak isi kepala yang kita sendiri belum tentu dapat menerjemahkannya...bukan hal yang mudah disampaikan. Alejandro González Iñárritu sangat brilian; dapat menerjemahkan bisikan-bisikan di kepala Riggan Thomson (Michael Keaton), aktor kawakan superhero Birdman yang namanya telah lama tenggelam dan mencoba peruntungan kembali di dunia teater. Riggan ingin namanya melambung kembali dengan segala cara. Jatuh, bangun, jatuh, dan bangun kembali dilalui oleh Riggan. Namun bagaimanapun caranya, Riggan tetap dibayang-bayangi mimpi buruk dari masa lalu yang di provokasi oleh isi kepalanya.
Film ini merupaka film yang 'dalam' bagi saya. Siapapun itu pasti pernah ada diposisi Riggan; gagal, marah, benci atas orang lain yang meraih peluang kita, iri, dan sebagainya. Sound drum rolls dimana-mana yang membuat isi kepala saling bersautan, pengarahan kamera, script, akting para pemainnya...semua sempurna. Lalu lagi-lagi saya selalu terpana dengan film yang menyisipkan black comedy didalamnya. Rasanya disaat hidup terasa berat, masih ada celah bagimu untuk tertawa.
Sayang sekali, karena Birdman menurut saya bukan film yang mudah disukai masyarakat, jadi susah merekomendasikan orang lain untuk menontonnya. Tapi overall, film ini sempurna, tidak ada cacat sedikitpun, dan sukses membawa penontonya mendalami asam manisnya kehidupan manusia.
 
(I wish any actor in this movie won. Edward Norton bagus banget lho. Ternyata J.K Simmons lebih pantas dapat oscar. Begitu juga dengan Michael Keaton yang dikalahkan dengan akting super totalitasnya Eddie Redmayne di Theory of Everything. Sayang filmnya tidak masuk list saya, karena memang cuma Eddie Redmayne yang menarik disitu.)
 
Best Part: Setiap Edward Norton ngomong; tengil. Waktu Riggan beradu dengan isi kepalanya, dan kemudian terbang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Author

Foto saya
Just a small fish swims in an endless ocean.

Archives