Minggu, 17 Maret 2019

The Journey of Pom Pom

Halo lagi!

Hari ini saya mau berbagi pengalaman kehamilan pertama saya, dan perjalanan si PomPom selama ini di dalam rahim saya.

Sejak tahun 2018 memang pekerjaan saya di kantor membuat saya stress. Akibatnya, saya sering mengalami keterlambatan/ketidak-lancaran menstruasi. Pernah suatu hari (sebelum menikah) setelah 2 minggu hari terakhir menstruasi, muncul gumpalan darah secara tiba-tiba dalam volume besar yang memang kata dokter itu hanya efek kecapekan/stress.

Setelah bulan keempat menikah, saya masih juga mengalami keterlambatan/ketidaklancaran menstruasi. Namun, saya positif thinking mungkin saya hamil :)
Saya coba iseng-iseng untuk beli testpack namun setelah mencoba test hasilnya selalu negatif.

Setelah beberapa kali mencoba test pack selalu negatif, saya iseng-iseng datang ke bidan klinik kantor yang hanya turun 1 lantai dari ruangan di kantor (salah satu keuntungan ngantor di kantor pusat di Jakarta).
Seperti biasa, saya diminta test pack lagi di depan bidan. Setelah mencoba lagi, ternyata hasil masih negatif. Bidan menyarankan untuk bersabar, karena memang saya dan suami LDM (Long Distance Marriage) dengan usia pernikahan masih dibawah 1 tahun, jadi belum disarankan untuk program kehamilan. Saya malah disarankan untuk vaksin dan test kanker serviks.

Saya ingat hari itu hari Jum'at, di akhir bulan Agustus 2018. Sepulang dari bidan, saya menjemput suami yang datang dari Bali. Selama ini kami memang tidak menunda untuk memiliki anak, tapi tidak terburu-buru juga. Cuma, namanya pasangan baru pasti was-was untuk masalah kesuburan.

Di awal bulan September 2018, saya merasakan badan saya agak nggreges dan lemas seperti mau terkena flu. Tapi waktu itu di rumah saya sedang banyak saudara, alhasil saya paksa aja buat kuat jalan-jalan. Rasanya kayak ngefly, padahal tidak minum obat apa-apa. Anehnya, meskipun terasa nggreges, tapi nafsu makan saya meningkat. Waktu itu juga sudah beberapa hari saya telat menstruasi, dan seperti biasa saya coba iseng lagi beli test pack. Masih berfikiran "ah paling negatif lagi" ternyata test pack kali itu hasilnya positif. Bergegas di waktu subuh itu saya telpon suami. Kami berdua sama-sama kaget, speechless, dan super happy. 

Setelah periksa ke dr. Frans di RS Premier Jatinegara, usia janin dinyatakan berumur 4 minggu. Saya diminta dokter Frans untuk benar-benar menjaga kandungan saya. Saya diminta mengurangi aktivitas karena tidak boleh capek2, tidak boleh stress, tidak boleh makan sembarangan. Dalam hati, gimana ceritanya ngurangin aktivitas... load pekerjaan sedang tinggi-tingginya, jarak tempuh kantor di Gatsu (Jaksel) dan rumah di Jatiasih (Bekasi) dengan naik kendaraan umum (bis, ojek online, omprengan) mengharuskan saya untuk selalu strong, ditambah waktu itu nafsu makan saya sedang tinggi2 nya (dikit-dikit jajan). Ternyata benar omongan dr. Frans perihal menjaga kandungan dengan hati-hati, karena seminggu kemudian saya diopname di rumah sakit.

Karena tinggal dengan orang tua, ibu saya selalu mengingatkan untuk minum susu hamil dan makan alpukat setiap hari. Di hari itu entah kenapa saya muntah-muntah berlebihan, setelah sebelumnya nafsu makan saya yang memuncak. Bahkan minum air putih saja saya muntahkan. Saya kira saya terkena asam lambung lagi. Tapi kok setelah minum obat lambung yang biasanya saya minum, tidak ada perubahan apa-apa, malah muntah-muntahnya lebih dasyat. Setiap 10 menit sekali saya muntah, diberi asupan makanan dari buah, makanan berat, sampai biskuit pun tetap saya muntahkan. Sampai rasanya mau pingsan karena dehidrasi, tapi dibuat tidur juga tidak bisa.
Serba salah ya...

Setelah subuh saya izin tidak ke kantor dan berangkat ke UGD RS Hermina Galaxy. Kebetulan waktu itu sedang ada prakter dr. obgyn, yaitu dr. Bayu. Setelah diperiksa, Alhamdulillah janin baik-baik saja tapi saya terkena hiperemesis gravidarum (HEG), alias morning sickness akut. Se parah itu morning sickness saya, bahkan dalam 1 minggu berat saya turun drastis 3 kilogram. Jadi saya harus dirawat di rumah sakit agar tidak kekurangan cairan.

Untuk pertama kali dalam hidup saya, saya dirawat di rumah sakit.
Rasanya benar-benar tidak enak. Kalau kata ibu saya "karena kamu sebenarnya tidak sakit tapi diperlakukan seperti orang sakit". Saya terus-menerus diinfuskan cairan dan disuntikkan obat ini itu selama 3 hari (ga betah juga lama-lama di RS).

Lulus opname dari rumah sakit, saya kira saya akan membaik...ternyata memang setiap hari saya muntah-muntah. Minum obat anti mual pun tidak mempan. Karena lemas berkepanjangan, saya jadi malas dandan, malas kerja, malas makan, benar-benar saya menjadi zombie hidup. Saya yang biasanya semangat jalan-jalan dan jajan jadi benar-benar tidak nafsu. Anehnya lagi, saya jadi benci makanan yang saat itu saya suka (ayam geprek, sushi, steak, liat mall atau cafe aja rasanya mau muntah).

Setelah ditelusuri, memang ibu saya dan kakak saya ketika hamil selalu terkena HEG. Kata ibu saya: "Hamil 4 orang anak mama ga pernah ga muntah-muntah, ga bisa makan sama sekali sampai 5 bulan hamil. Ya kalo muntah gitu tetap harus dimakanin, meskipun muntah lagi tetap dijejelin makanan. Ga boleh sampai kosong perutnya". Lah gimana caranya?!

Masa-masa awal kehamilan sangat berat bagi saya. Tidak pernah absen muntah di setiap kamar mandi yang saya kunjungi (di kantor, di tempat umum, di mall apalagi...). Saya cuma bisa menahan muntah kalau mengunyah permen karet  dan minum minuman apapun yang dingin dan banyak es batunya (padahal ga pernah suka minuman dingin).

Separah itu HEG yang saya alami, sampai-sampai permintaan mutasi saya dari Jakarta ke Bali disetujui oleh bos (rejeki pompom mungkin).
Alhamdulillah di bulan Oktober saya pindah ke Bali dengan harapan bisa bersatu dengan suami, dan beban kerjaan yang lebih ringan.

Setelah pindah ke bali, memang benar saya less stressed dari pekerjaan, jarak tempuh kantor ke rumah relatif dekat, dan ada suami yang selalu siaga. Tapi bukan berarti HEG tersebut tiba-tiba hilang, malah rasanya lebih parah...karena makanan di Bali masih asing bagi saya, jadi agak susah adaptasinya. Saya juga sering sekali izin tidak masuk ke bos karena muntah-muntahnya dahsyat. Tiap hari kerjaan saya hanya muntah dan berbaring di tempat tidur. Untung suami pengertian, mau bantu bersih-bersih dan siaga beli ini itu kalau saya minta macam-macam.

Benar kata ibu saya, setelah 5 bulan HEG saya baru hilang. Di awal tahun 2019, baru saya nafsu makan ini itu. Perut mulai membuncit. Mulai nafsu kelayapan, bolak balik naik pesawat, dan sudah bisa ke mall. Tapi karena makanan di Bali banyak yang tidak cocok dengan lidah saya, akhirnya saya rajin memasak dan bersih-bersih. Kulit juga lama kelamaan jadi mulus (padahal stop make up dan skin care... sabun muka aja pakai sabun bayi). Pertumbuhan bulu jadi lebih halus.
Oh ini kah rasanya hamil, dari yang males banget tiba-tiba jadi rajin banget. Dari yang gembel tiba-tiba jadi glowing.

Awalnya sempat pesimis janin akan baik-baik saja karena riwayat HEG, saya merasa kurang asupan. Tapi alhamdulillah setiap bulan kalau kontrol kehamilan janin dinyatakan baik-baik saja, berat dan detak jantung nya normal, malah cenderung aktif. Saya tidak tega dengan pompom, di trimester 2 saya benar-benar genjot asupannya. Minum vitamin macam-macam, makan makanan bergizi, dan banyak olahraga jalan kaki. Saya pun bersemangat mengikuti kegiatan lapangan, biar pompom juga aktif.

Tidak terasa hari ini sudah memasuki bulan ke 8. Karena kandungan semakin membesar, angka timbangan juga semakin naik, keluhan saya kali ini adalah: mudah lelah, sakit pinggang, sulit tidur, dan keluhan-keluhan trimester 3 lainnya.

Tapi saya tetap positif bisa melewati ini bersama dengan pompom dan suami. Saya yakin pompom anak yang baik, yang memudahkan orang tuanya dalam melalui masa kehamilan, persalinan, dan menyusui. 
Pompom rejekinya banyak dan membawa hoki lho... selain berhasil mutasi dari Jakarta ke Bali dengan cepat, pompom berhasil meraih medali juara 1 olahraga menembak (padahal ini pengalaman pertama saya menembak). Pompom dikelilingi orang-orang yang baik hati dan pengertian. Pompom memiliki insting memasak yang baik.. saya jadi rajin bangun pagi untuk memasak dan bersih-bersih. Pompom juga pendengar yang baik; keluarga saya bilang saya lebih care setelah hamil. Pompom juga pintar, karena saya berhasil belajar ilmu teknis di kantor dalam waktu singkat.
Alhamdulillah.

We love you Pompom! See you soon ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Author

Foto saya
Just a small fish swims in an endless ocean.

Archives