Selasa, 30 Oktober 2018

Officially a Bali Based

The title says it all.
Been living in Denpasar, Bali for 2 weeks and still counting.


Jadi setelah nikah di bulan April, saya dan pasangan alhamdulillah diberi 2 rejeki:

1. We're having a baby! We named him/her baby Pom Pom, and now it's been 12 weeks since Pom Pom growing up inside my belly. Semoga Pom Pom (dan ibunya juga wkwkw) sehat terus ya.

2. I'm moving to Bali! Karena suami memang kerja di Bali, jadi saya mengajukan pindah ke Bali. Alhamdulillah tanpa drama dan dipercepat (rejeki si Pom Pom).


And now I'm officially a "Bali Based" like they said. Hehehe.

***

So far selama 2 minggu hidup di Denpasar enjoy aja sih... karena bukan pertama kalinya ke Denpasar (sebelumnya LDM, jadi sering pergi ke Bali juga), tapi memang ada plus minusnya dari pindahan.
Sebagai muslim dan Jakartans (or Bekasian?) memang ada beberapa culture shock yang dialami:

-Tidak bermaksud menyinggung SARA ya, ini hanya pendapat sebagai new comer-
1. Orang sini menurut saya sangat ramah dan sopan. Se ramah dan se sopan itu sampai semua orang yang saya temui selalu tersenyum. Ga ada yang cuek, jutek, melengos (kaya orang di Jakarta). Alhasil saya juga harus senyum kepada semua orang... a plus one.

2. Tapi dibalik keramahan dan kesopanan semua orang, mereka pasti akan melontarkan pertanyaan yang sama: Asli mana? Nama Panjang nya siapa? Udah berkeluarga? Udah punya baby?
Untuk seukuran orang yang baru kenal sebenarnya agak risih ditanya pertanyaan beruntun yang sebenarnya agak personal. Coba saya masih single atau belum punya baby, apa respon mereka...who knows.
This is a minus one (karena di jakarta belum pernah kenalan sama orang terus ditanya seperti itu, paling tanya rumah dimana, ke kantor naik apa, yang standar lah. Untuk pertanyaan private biasanya untuk pertemuan ke sekian).

3. Another plus one is... orang sini (terutama cowok atau bapak2) ga ada yang genit! Belum pernah tuh merasa di godain, dilecehkan, di suit2in, belum merasa terbully sih...
Dan mereka sangat menghormati perbedaan agama dan ras... kalau ngajak makan pasti ngomong "ini halal kok". Karena orang Hindu sembahyang nya relatif sering dan hari raya nya relatif banyak, jadi mereka menghormati juga ketika Muslim mengadakan acara keagamaan (seperti tausiah, atau shalat berjamaah).

4. Plus or minus: Disini banyak libur dan orang Bali tipenya santai, gak ngegas.
Plusnya adalah everyday is a holiday, tapi minusnya culture shock karena terbiasa kerja lembur bagai quda sekarang kerja bagai keledai.

5. Hati-hati dengan pencarian makanan halal, kadang gampang nya cari warung yang mbak2 nya berjilbab baru percaya kalau halal. Hehehe. A minus one.

6. Komunikasi agak susah karena mayoritas orang sini pakai bahasa Bali. Jadi untuk memahami orang ngomong apa sama orang lain agak susah. A minus one

7. Kendaraan umum relatif susah, orang sini kebanyakan pakai motor pribadi. Tapi alhamdulillah transportasi online masih ada. A plus minus one.

8. Biaya hidup lebih murah dari Jakarta. It's a Plus!

9. Another plus one: Masakan bali (yang halal ya) enak banget! Makanya sayang banget kalo orang Jakarta jalan2 ke Bali tapi ke tempat2 hang out gaul, karena kuliner asli sini sebener nya lebih worth it. Tapi sayang saya belum explore makanan banget, karena masih muntah2 krn morning  everyday sickness.

10. Banyak tempat explore... yoi lah! What do you expect from Bali? Pasti tempat travelling nya. So far favorit saya adalah Ubud.

***

Banyakan plus apa minus nya tuh? Hehehe. Yang pasti saya masih adaptasi sama kehidupan disini. Tapi untu seukuran orang yg rumahnya di Bekasi kerja di Jakarta yang keras banget kaya belum pup 2 minggu, hidup di Bali serba mudah, dan murah.

Semoga bisa menjalani kehidupan ini dengan lebih bahagia aman nyaman sejahtera.
Matur Suksma!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Author

Foto saya
Just a small fish swims in an endless ocean.

Archives