Kamis, 03 Januari 2013

Avenged Sevenfold Dulu dan Sekarang

Dulu, waktu jaman SMA, sekitar tahun  2007 saya pernah ngebela-belain kejar-kejaran sama bis arah semanggi buat beli DVD originalnya Avenged Sevenfold yang judulnya All Excess. Waktu itu saya ketemu sesorang dengan tato di seluruh badan, piercing di seluruh wajah, mohawk  yang tinggi ala Lars Frederiksen-nya Rancid, dan sepatu boots hitam dengan ketebalan 10 cm. Makhluk Tuhan yang 11:12 sama punker jalanan tersebut bernama Johnny, kerja di salah satu indie clothing di Plaza Semanggi. Waktu pertama kali ketemu, ia berkata "Jangan takut mbak, saya nggak nggigit", terhadap saya dan teman saya yang selalu menunduk dan menghindar dihadapannya. Yaiyalah takut kena tusuk rambutnya woy! Akhirnya setelah mengurangi rasa takut kami bercakap-cakap tentang musik dan kebetulan waktu itu di tokonya ia sedang memperdengarkan Walk versi Pantera dan Avenged Sevenfold juga sebagai background toko. Wow. Kebetulan juga saya baru saja membeli DVD All Excess-nya Avenged Sevenfold (-yang dipesankan mbak-mbak toko DVD impor lewat amazon lho! Eksklusif banget nggak tuh?). Akhirnya setelah berbincang-bincang panjang yang asyik karena ngomongin musik, ia langsung menawarkan tiket The Black Dahlia Murder, band metal yang waktu itu akan konser di Jakarta. Wow! Waktu itu serasa asik banget deh nemu orang yang seiman di jalur musikalitas.
Waktu Avenged Sevenfold konser di Jakarta untuk pertama kalinya pada bulan Agustus 2007, crowded yang datang benar-benar rusuh. Konser tersebut adalah konser ketiga yang saya datangi setelah pensi sma (seringai, maliq, steven and coconut tree) dan good charlotte (we'll jump to that later). Waktu itu masih jaman SMA, buat keluar sampe larut malem masih susah accnya sama si bos, hehe. Waktu itu seneng banget deh, sekaligus capek. Yah dateng ke konser metal gimana sih... teriak-teriak, headbang, loncat indah di tengah-tengah crowded (nggak deng waktu itu saya nonton di tribun). Dulu berasa keren lah nonton Avenged Sevenfold, yang tau lagunya cuma orang-orang yang seiman aja, nggak familiar untuk semua kalangan (yah jangan sampe juga nenek saya denger Avenged Sevenfold).

  

Yup. In high school I was a fan of Avenged Sevenfold.
Sekarang bagaimana?
Nggak usah susah-susah ngejar bis ke semanggi, nyari orang yang seiman, headbang di tengah crowded yang sesama metalhead...
Nyuci motor di gebang aja udah bisa denger Avenged Sevenfold non stop, dari album scream lawas sampe album yang agak 'pop' genrenya.
Nggak usah nyari yang 'seiman', nenek saya mungkin sekarang udah terima dengerin Avenged Sevenfold.
Nggak usah takut ketusuk rambutnya metalhead pas nonton konser mereka, metalheads dateng ke konser mereka aja udah harus bersyukur kita.

Avenged Sevenfold - Unholy Confession live in Jakarta 2007. Lagu Avenged Sevenfold favorit saya di tahun 2005 yang mungkin hari ini sudah menjadi favorit sejuta umat 

Yah itulah realitanya. Kalo nggak percaya dateng aja ke tukang cuci motor di gebang deket RM marina (Surabaya). Liat aja grup-grup metalheads di facebook, mereka banyak bikin meme tentang Avenged Sevenfold yang makna dari gambar tersebut adalah... yah... nggak jauh beda nasibnya kaya Justin Bieber lah. Yah itulah realitanya. Kasian juga ya mereka, padahal secara objektif albumnya bagus lho (yang waking the fallen sama sounding seventh trumpet, itu doang.. yang baru saya belom pernah denger). Konsep bandnya mereka juga oke. Nggak tau deh kenapa digituin? Padahal harusnya masih banyak band lain yang bisa bernasib kaya gini, tapi entah kenapa Avenged Sevenfold lah korbannya.

Salah siapa sebenernya? Salah Avenged Sevenfold? Nggak. Salah anti-fansnya yang terlalu berlebihan? Nggak. Salah nenek saya? Yaudah salahin aja nenek saya.

Yah nggak tau juga deh, statement paling penting dari tulisan ini cuma In high school I was a fan of Avenged Sevenfold. Somehow I'm still proud of what made me today.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Author

Foto saya
Just a small fish swims in an endless ocean.

Archives