Selamat malam para pembaca, piye kabare apik-apik wae ora?
Welcome to the new template, new design, hasil niatan lama untuk mengubah template yang akhirnya dari iseng-iseng jadi kejadian, what do you think?
Saya baru saja tiba di kota tempat saya dibesarkan, Bekasi, yang sering disebut-sebut sebagai Jakarta coret. Menurut saya sih sama saja, Jakarta dengan Jadetabek (bogor nggak termasuk lho), karena orang-orang Jakarta mayoritas juga dari Detabek. Bahasanya sama, meskipun beda propinsi. Kebiasaannya sama. Atmosfer kotanya sama. Tipe penduduknya juga sama. Kalau boleh usul sama siapapun itu yang mengatur garis teritori kota, mendingan Jadetabek dileburkan jadi 1 aja,untuk menghemat efisiensi dari segala aspek (apaan sih,ngasal banget ini). Kalau bogor sih menurut saya udah beda atmosfernya, bogor tuh Jawa Barat banget, hehehe.
Sebagai mahasiswa rantau dengan kota rantauan sejauh 700an km dari kota asal, saya terbilang jarang pulang ke rumah. Bisa dihitung lah, mungkin 2 kali setahun; saat libur semester genap dan ganjil. Di awal tahun saya merantau, jiwa saya masih kental jiwa Barat. Tapi...yah, memang benar kata pepatah "you are what your friends are", setelah hampir 4 tahun hidup di Surabaya, saya rasa sekarang separuh jiwa saya sudah Surabaya (bentar ya, pasang backsound Noah).
Mengapa saya sebut seperti itu? Sebenarnya saya tidak merasa, tetapi teman-teman saya di Jakarta lah yang mengatakan demikian. Mayoritas dari mereka mengatakan saya lebih manja sekarang, kemana-mana malas pergi jauh-jauh.
Yaiyalah secara di Surabaya kemana-mana dekat, ada kendaraan pribadi (si classic rock yang setia mengantarkan dengan kecepatan 40 km/jam), nggak pernah macet, kemana-mana fasilitas lengkap.
Kalau di Jakarta? Yah jangan harap... macet udah jadi makanan sehari-hari. Meskipun fasilitas lengkap tetapi kemana-mana jauh, dan harus naik kendaraan umum (kalau naik kendaraan pribadi bisa gempor). So far setelah saya bandingkan memang lebih enak tinggal di Surabaya. Biaya hidup murah, kemana-mana dekat, konser internasional juga sudah banyak plus harganya lebih murah. Kekurangannya cuma 1 aja: cuaca berkali lipat lebih panas.
Tapi mengapa kulit orang surabaya lebih putih dibanding orang jakarta?
Ya karena di Surabaya cuacanya panas, orang-orang justru lebih prepare untuk merawat kulit mereka, seperti membawa jaket, memakai sunblock, dan masker saat naik motor. Kalau di Jakarta, pergi sih modal badan sama pakaian aja karena cuacanya tidak terlalu menyengat. Tapi kalau naik angkutan umum tetap saja kena polusi sama debu... itu kotoran pada nempel, terus setibanya rumah capek karena perjalanan yang jauh,dan langsung tidur tanpa membersihkan muka. Ya liat aja teman-teman saya setelah beberapa tahun ketemu selalu bilang "Muka lo kok bersihan ya ret?" dan saya selalu bilang sebaliknya ke mereka.
Saya merasa lama-lama hati saya berkhianat dengan Ibukota. Memang, Jakarta adalah kota terkontroversial; sering dicaci-maki para penduduknya, tapi kalo udah tinggal di kota lain Jakarta tuh ngangenin. Seperti yang saya katakan, awal-awal kuliah saya kangen banget sama Jakarta. Banyak pilihan tempat untuk berpetualang, selalu ada aja tempat yang belum dikunjungi. Tapi semakin lama tinggal di Surabaya, rasa kangen saya dengan Jakarta semakin berkurang. Mengapa ya?
Karena lebih comfort hidup di Surabaya? Nggak juga sih. Karena orang-orang Surabaya lebih friendly? Nggak juga. Mungkin karena panggilan jiwa yang saya katakan tadi. Dan mungkin setelah 4 tahun menetap di Surabaya saya bisa menyimpulkan plus minusnya hidup di Jakarta.
Jakarta, dengan penduduknya yang liberal; berasal dari berbagai macam budaya, diwarnai oleh berbagai macam logat, memang tidak mempunyai penduduk yang memiliki rasa kesetiaan dan kebanggaan yang tinggi kepada kota yang membesarkan mereka. Penduduk asli Jakarta (suku Betawi) pun sudah terkontaminasi dengan budaya-budaya lainnya. Tidak seperti Surabaya, Medan, Bali, dan kota-kota lainnya tempat anda berasal, yang tidak akan anda lupakan karena disanalah ada bertemu dengan pribadi-pribadi yang sepaham di "tanah air" anda. Tidak ada hal yang mengesankan disini, selain "ibukota gitu loh?", mungkin, bagi orang-orang yang tinggal di pedalaman. What's so special with high buildings? Unequally transportations? Modern styles? Err sekalian aja tinggal di luar negeri kalo mau ngedapetin itu semua tapi worth it (nggak perlu macet-macetan, dsb).
Tetapi, tetap, jika anda ingin menggembleng mental anda yang manja, anda harus mencoba hidup di Jakarta. Setidaknya 4-5 tahun lah. Mungkin inilah kelebihan dari Jakarta, yang secara tidak disadari juga yang dieluh-eluhkan oleh penduduknya.
Orang bilang "Jakarta keras!". Yang paling "keras" sih tidak, karena menurut saya kota-kota di Timur sana yang masih mengalami konflik antar suku atau agama masih jauh lebih keras. Namun dari segi penggemblengan mental dan untuk menambah pengalaman, tinggal di Jakarta bisa menjadi nilai plus bagi anda.
Bertemu dengan segala macam tindak kriminal (we'll jump to that later, menceritakan pengalaman saya dengan copet), mengetahui hal-hal baru yang di kota lain belum tentu ada, menghadapi tipikal orang yang beda dari berbagai macam budaya (nggak seperti di Surabaya aja yang mengenal betul tipikal pribumi, c**a, dan m****a), melatih kesabaran saat macet di jalan, mengetahui banyak tempat karena sering naik angkutan umum.
Ya secara garis besar seperti itulah, berdasarkan pengalaman saya tinggal di 2 kota yang sama-sama kota besar namun beda budaya. Terkadang saya kangen sama childhood memories saya selama 17 tahun tinggal di Jakarta, namun perlahan pudar karena sekarang dan kedepannya pasti akan ada kehidupan yang lebih baik. Mungkin suatu hari nanti saya akan tinggal di kota lain, atau mungkin kota yang sama, who knows. Yang pasti pernah tinggal di Jakarta saya mendapat pengalaman yang bermanfaat untuk bekal tinggal di kota antah berantah.
Sekali lagi, saya tidak rekomendasikan tinggal di Jakarta untuk waktu yang lama, kecuali anda memang tipe orang yang sangat-sangat sabar. Hehehe.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar