Hari gini nggak perlu punya kemampuan menulis yang bagus, nggak perlu jadi penulis beneran, nggak perlu ngirim surat ke media agar suara hatimu didengar. Tinggal bikin account twitter aja, situs mikroblogging dengan maksimal penulisan 140 karakter, semua bisa dilakukan dengan mudah.
Hari gini nggak perlu punya kamera yang canggih, nggak perlu belajar teknik fotografi, nggak usah install photoshop dan nyoba satu persatu brushnya untuk menciptakan gambar yang bagus. Ada banyak aplikasi seperti picmonkey, pixmix, vintage camera yang bisa digunakan dengan mudah dan gratis untuk siapapun itu termasuk kalangan non desainer, non fotografer.
Hari gini nggak perlu ngejar titel fotografer dengan toolsnya yang beragam supaya karya kita diakui banyak orang. Tinggal bikin account instagram, setelah install aplikasi picture editing yang mudah dan gratis dan mempublikasikannya di instagram kita bisa berinteraksi dengan 'fotografer' lainnya.
Hari gini nggak perlu jalan-jalan jauh untuk dicap sebagai traveller. Kalau kamu punya account forsquare dan sering check in tempat yang kamu kunjungi, lalu kamu akan mendapat award. Semakin sering kamu memberitahu dirimu ada dimana, tidak peduli tempat itu sering kamu kunjungi atau tidak, semakin banyak award kamu. Award apa? Traveller.
Hari gini semua orang serba bisa. Titel penulis, fotografer, traveller bisa disapu bersih oleh kalangan non penulis, fotografer, dan traveller. Maka dari itu situs-situs yang mencurahkan kreatifitas kita bukan disebut creative media namun social media. Situs yang seharusnya digunakan untuk kreatifitas masing-masing kalangan malah digunakan semua kalangan untuk bersosialisasi. Twitter yang harusnya berfungsi sebagai versi mininya blogger atau wordpress malah dipakai sebagai alternatif lain sms. Instagram yang seharusnya menjadi tempat pertemuan fotografer saling melihat potret dari aliran yang berbeda dari berbagai jenis fotografi malah dijadikan sebagai ajang pamer foto kita habis ngapain, habis sama siapa, habis makan apa, habis darimana, dan ngomentarin foto orang yang habis ngapain, habis sama siapa, habis makan apa, habis darimana. Nilai seninya pun tidak dipermasalahkan. Begitu juga foursquare, dan lainnya.
Bukankah ini berarti bahwa jika suatu hari masa-masa twitter, instagram, forsquare, path, dan lainnya telah tergantikan, kreatifitas yang telah dimunculkan semua kalangan lewat title "Social Media" akan tergantikan juga? Sayang sekali. Semoga pergantian era selanjutnya tidak "salah kaprah" seperti ini. Semoga masing-masing kalangan kembali ke jalan masing-masing.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar