Hai.
Jangan bosan mendengar "sudah lama tidak posting" atau "tidak punya waktu untuk menulis" atau "lupa waktu" atau atau atau atau yang lainnya, yang merapel laporan kabar selama menghilang di dunia maya.
Atau entahlah.
Entahlah yang ke sekian kalinya juga.
Sejak remaja, hobi saya menulis di berbagai media. Pencapaian terbesar, tulisan saya pernah di publikasikan di kolom teknologi Kompas pada bulan Juli 2012. Sangat disayangkan, lembaran lusuh yang waktu itu saya pajang di kamar kosan sekarang sudah entah kemana.
Pencapaian lainnya pernah mencetak 2 edisi majalah teknologi, yang juga saat ini entah ada dimana.
Yes. I'm not that good at keeping those precious things... Unfortunately.
Pencapaian lain lainnya, tidak lebih dari menghias badan sendiri dengan quotes yang diambil dari lirik lagu band favorit, yang kebanyakan adalah band rusuh berambut gondrong dan berakhir dengan salah satu dari mereka mengakhiri hidupnya dengan tragis.
Yap. That's an achievement. Drawing my body...with markers.
Intinya saya sangat suka menulis. That (was) my biggest passion.
Until now, who the hell could kill the work of 10 stocky fingers and precious random thoughts?
Mungkin kerjaan. Mungkin saja bos.
Iya, semua salah bos yang memberi pekerjaan yang selama 4 tahun ini sangat menyita waktu saya. Hmm bisa jadi kehidupan sosialita jakarta.
Atau perhatian terhadap keluarga dan tetek bengeknya.
Bisa jadi semua gara-gara waktu.
Atau belum ada kesempatan.
Yang sebenarnya, semua adalah ulah dari diri saya sendiri.
Karena diri sendiri yang meyakinkan bahwa mereka lah penyebabnya.
Semakin dewasa, idealisme kita semakin berkurang. Karena kita butuh uang, pengakuan status, life balance (not a mind balance). Apa yang kita kejar, semata-mata karena beberapa faktor tersebut. Bukan karena apa yang kita inginkan.
Menjalankan passion pun, tidak akan membuat kita semangat kalau tidak membuat kita kaya. Tidak membuat kita diakui masyarakat bahwa kita SO KEWWLLL. Bullshit, kalau itu semua untuk menyenangkan diri. Bagaimanapun, manusia adalah makhluk sosial, dimana omongan orang sekitar DOES MATTER.
Misalnya, mereka para seniman yang diremehkan karena dianggap tidak bisa menghasilkan uang secara rutin, pasti akan memilih jalur: tetap berkaya untuk jadi kaya.
Kasarannya anak indie yang mencoba mainstream, as a survival kit.
Saya tidak bisa seperti itu. Saya tidak bisa menjadi diri saya dan tetap survive di kerasnya ibukota ini. Saya harus cari uang, harus mengejar karir, harus melangkahi anak tangga kehidupan ini.
Jadi, menulis? sudah lupa tuh. Bahkan kau bisa merasakan tangan saya bergetar di atas kertas putih, karena sudah lama tidak menulis dengan tangan.
Saat ini saya sudah mencapai titik matang usia; punya pekerjaan tetap dengan gaji yang lumayan (dikit. Hehe. Semua pekerja tidak akan pernah merasa lebih), mandiri secara finansial dan mental, siap untuk membina rumah tangga (ewww), dan lainnya yang jika 10 tahun yang lalu saya melihat tulisan ini pasti akan berkomentar "SO BORING".
Di usia matang yang dimana dapat membuat idealisme semakin melempem, rasa akan mewujudkan keinginan, harapan, cita-cita, dan meraih sesuatu yang belum pernah dicapai... tidak akan pernah habis masanya.
Sampai kapanpun..tidak akan pernah puas.
Entah apa cita-cita yang ingin diraih di kehidupan yang selanjutnya, tapi melihat lembaran yang selama ini sudah saya torehkan, yang telah saya jalani dan lalui benar-benar tidak terprediksi.
I don't enjoy at the moment, but I appreciate much what I've passed.
And I really love that.
So, what's next? Getting married and have children, sudah pasti.
Moving out to adventurous life, INDEED.
Resign? Menjalankan bisnis? Mengajar? Atau menjadi penulis?
Atau tetap menjadi karyawan dan bersinar dibawah naungan perusahaan?
Let's see many years later 😏
______
Ditulis di Ngurah Rai International Airport, Bali.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar