Halo semua. Apa kabar?
Sekarang sudah memasuki bulan September.
Kemarau berkepanjangan, debu bertebaran dimana-mana, nyamuk merajalela.
Begitu juga poster maupun iklan konser Bon Jovi di Jakarta, yang mungkin sekarang satu persatu sudah hilang berganti liputan konser pentolan band Rock di era 80 dan 90an tersebut.
Yap. Menyambut weekend dengan indah, 11 September 2015, tepatnya baru beberapa jam yang lalu Bon Jovi telah sukses mengguncang Jakarta dengan lagu-lagu hitsnya.
Tiket sold out. Lebih dari 40.000 penonton memadati Gelora Bung Karno (GBK).
Termasuk saya dan rekan, yang datang tepat beberapa saat setelah pintu antrian di buka.
Awalnya niat saya setengah-setengah untuk ikut nonton. Tiket mahal, banyak pengeluaran untuk jalan-jalan di akhir bulan, tidak terlalu maniak Bon Jovi, dan sebagainya. Tapi menjelang hari H, ada saja yang membulatkan tekad saya untuk menonton konser ini. Entah mengapa. Dan akhirnya terjadilah.
Saya dan rekan mengantri panjang untuk memasuki gate Low Tribune. Terlihat fans Bon Jovi, yang dari berbagai macam kalangan namun didominasi oleh usia 30 tahun keatas, memenuhi antrian gate tersebut. Hari itu GBK benar-benar full oleh Jovi Landers (sebutan untuk fans Bon Jovi). Saya tidak melihat tempat duduk atau space venue yang lengang. Untungnya saya mengambil spot di paling depan. Awalnya spot tersebut mengkhawatirkan, karena berpas-pasan langsung dengan pagar. Namun ternyata cukup puas menyaksikan Bon Jovi melalui sela-sela pagar tersebut dibandingkan dengan tempat duduk yang agak keatas. Tribune rasa festival.
Konser dibuka oleh beberapa lagu dari Sam Tsui (tidak paham kenapa harus dia yang jadi band pembuka?), serta Judika yang menyanyikan lagu Indonesia Raya. Penonton kecewa karena sempat terhenti selama 40 menit setelah Judika. Sekitar pukul 20.30, Bon Jovi mulai keluar panggung. Terdengar teriakan Jovi Landers dimana-mana.
Beberapa hits terbaik mereka dibawakan spesial untuk Jakarta di malam itu. Selama kurang lebih 2 jam, Bon Jovi berhasil membuat penontonnya berjingkrak, berteriak, dan berdendang. Sambil sesekali Jon Bon Jovi berjoget lucu sehingga sangat menarik perhatian penonton. Bon Jovi terbilang masih fit untuk ukuran om-om seumuran mereka. Meskipun encore terbilang prediktif, namun euphorianya tetap ada. Livin on the prayer yang heitzzzz abezzzzz menjadi penutup acara yang membuat penonton klimaks. Terdengar para fans berteriak "we want more! we want more!" tapi akhirnya mereka benar-benar pamit. Ya masa encore dua kali?
Beberapa fans kecewa, karena beberapa top hits mereka tidak dibawakan. Seperti Always, Bed of Roses, Never Say Goobye, I'll be There For You, Everyday. Rekan saya menanggapi, "Sebenarnya tergantung anda penikmat album keberapa...". Ya, karena Bon Jovi masih tetap hidup di 3 dekade dan mayoritas lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu lama mereka. Raise Your Hands, In These Arms, Wanted Dead or Alive, Bad Medicine, You Give Love a Bad Name,...
It's My Life, lagu sejuta umat yang everlasting tersebut saya prediksikan menjadi penutup atau setidaknya lagu encore. Tapi ternyata It's My Life dimainkan di tengah-tengah acara, sama dengan You Give Love a Bad Name. Cukup anti klimaks, karena teriakan penonton sudah habis di tengah-tengah. Prediksi saya yang lain, Always dan Bed of Roses yang dimainkan sebelum lagu penutup, malah tidak dimainkan sama sekali.
Karena mayoritas penonton dewasa, maka yang terjadi terjadilah. Mereka pulang setelah masing-masing personel pamit. Sudah begitu saja. Kalau mayoritas penonton adalah remaja tanggung, mungkin akan rusuh karena "we want more" nya.
Tapi so far, saya puas dengan penampilan mereka semalam. Tujuan saya bukan ikut bereuphoria dengan tembang hits mereka tapi memang menikmati Bon Jovi, The Legend, yang belum tentu datang lagi ke Indonesia dalam waktu dekat. Belum tentu mengadakan konser lagi dalam waktu dekat. Ini adalah momen penting. Dan saya benar-benar puas dengan musik yang mereka bawakan. Sound yang membuat saya menyesal mengapa tidak berada di festival A, penampilan yang enerjik, dan penonton yang bersahabat (tidak seperti hammersonic kemarin).
Jingkrak-jingkrak dan teriakan dari awal sampai akhir acara terlepas begitu saja, membayar semua kepenatan dan kenistaan di minggu-minggu belakangan ini. Yang harusnya jadi capek malah menghilangkan capek yang kemarin-kemarin. Setelah acara, saya merasa fresh dan happy.
Bon Jovi Rocks. Meskipun Richie Sambora hanya duduk manis di rumahnya sana, meskipun saya bukanlah penggemar berat, dan meskipun saya hanya menyaksikan lewat pagar besi lower tribune, tapi keriaan ini benar-benar maksimal. Terbayar sudah.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar